KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1
PROGRAM GURU PENGGERAK ANGKATAN 6
1.
Sebelum Mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan
suatu bangsa. Sejak zaman bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Kolonial
Belanda, para pejuang telah menyadari pentingnya pendidikan sebagai faktor yang
vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan lepas dari belenggu penjajahan.
Sebelum mengikuti program pendidikan calon guru penggerak ini dan mempelajari
modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya mengira pendidikan di
zaman kolonial lebih baik karena terdapat dasar-dasar pendidikan Barat yang
diterapkankan di dalamnya. Namun ternyata, dalam proses pendidikan di zaman
kolonial, pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan-kalangan tertentu saja
seperti calon pegawai dan pembantu kolonial yang bertujuan untuk memajukan
usaha dagang kolonial tersebut. Adapun kemampuan yang diajarkan hanya membaca,
menulis dan berhitung saja. Sangat jauh dari konsep pendidikan yang sebenarnya
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara.
Dengan mempelajari modul 1.1 tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara ini, saya menyadari bahwa dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran, saya masih belum sempurna. Selama ini saya banyak menuntut terhadap siswa. Seperti ketercapaian penyampaian materi, hasil ujian yang bagus, serta meletakkan harapan-harapan saya di atas pundak mereka. Padahal sejatinya saya sebagai guru harusnya hanya menuntun agar anak didik saya dapat berkembang sesuai dengan kodratnya. Selain itu, dalam hal memberikan kemerdekaan kepada siswa, di dalam beberapa waktu saya masih mengekang siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran, menegurnya saat ia mengobrol dengan temannya atau bermain saat pembelajaran dilaksanakan. Padahal anak memiliki kodrat alam, dimana ia suka bermain. Hal ini yang perlu saya pahami dan perbaiki lagi sehingga bisa menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa saya.
2.
Perubahan Pemikiran dan Prilaku Setelah Mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Ki
Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh
Pendidikan Indonesia yang konsep pendidikannya masih dipakai dan dijadikan
pedoman dalam dunia Pendidikan Indonesia sampai saat ini. Pendidikan dan
pengajaran merupakan dua hal yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan dalam
praktiknya di dunia Pendidikan. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah
sebuah proses menuntun dan mengembangkan kodrat yang dimiliki oleh anak agar
anak mampu mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran
adalah usaha untuk membebaskan anak dari ketidaktahuan dengan memberikan ilmu
pengetahuan agar ia memiliki kecakapan yang diperlukan dalam kehidupannya.
Dua konsep ini tidak bisa dipisahkan,
keduanya dipahami dan diterapkan di dalam mendidik siswa-siswa kita di sekolah.
Dalam konsep Pendidikan, Ki Hajar Dewantara menekankan kepada kodrat yang
dimiliki oleh anak, dimana anak memiliki kodrat alam dan kodrat zaman. Kedua
kodrat yang dimiliki anak ini perlu dituntun dan dikembangkan. Guru disini
berperan untuk menuntun kodrat ini agar tumbuh dan berkembang positif dan
terhindar dari hal-hal yang membahayakan.
Perihal kodrat alam anak, kita tidak bisa
menghilangkannya karena itu berkaitan dengan karakter dan sifat-sifat anak itu
sendiri. Kita sebagai pendidik berperan dalam membimbingnya agar sifat dan
karakter yang positiflah yang berkembang. Selanjutnya kodrat zaman, anak lahir,
tumbuh dan berkembang pada zamannya. Kita sebagai guru tidak bisa memaksakan
cara-cara lama yang pernah ada di masa kita dahulu. Guru perlu menyesuaikan
materi dan kecakapan hidup yang perlu diberikan dan ditanamkan kepada anak agar
dapat digunakannya di zaman ia berada sekarang. Dengan memiliki kecakapan hidup
yng sesuai zaman, maka anak akan lebih mudah dalam menyesuaikan diri,
bersosialisasi, dan mengembangkan potensi dirinya.
Setelah mempelajari modul 1.1 tentang
Pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka pandangan dan pemikiran saya berubah. Saya
berusaha untuk menuntun siswa saya untuk tumbuh dan berkembang menurut
kodratnya sendiri. Saya perlu menanamkan konsep bahwa saya adalah seorang
petani yang sedang memelihara tanamannya. Jika saya sedang menanam padi maka
saya hanya dapat menuntun tumbuhnya padi dengan cara memperhatikan kondisi
tanah, memberi pupuk dan air yang cukup dan membasmi hama pengganggu, agar
tanaman padi saya dapat tumbuh sebagai padi yang subur. Dengan tuntunan ini,
saya sebagai pendidik juga menanamkan budi pekerti kepada anak sehingga anak
mampu menguasai diri dan menghargai orang lain. Jadi anak tidak hanya menjadi
orang orang yang cerdas dan berpikiran luas tapi juga menjadi manusia yang
beradab kelak.
Sejalan dengan pemikiran ki Hajar
Dewantara, dimana didalam Pendidikan segala upaya dikerahkan untuk memberikan
kemerdekaan lahir dan batin kepada anak. Pada saat ini di sekolah saya sudah
menerapkan kurikulum merdeka, sehingga pendidik perlu menerapkan konsep merdeka
belajar di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pendidik berperan dalam
menuntun perkembangannya agar yang berkembang adalah nilai-nilai yang positif
dan bermanfaat bagi diri siswa. Di dalam proses Pendidikan itu terdapat
pengajaran dengan pemberian materi untuk pengetahuan siswa, namun tidak hanya
itu, siswa perlu dibekali dengan budi pekerti. Dengan budi pekerti, anak akan
dapat menguasai dirinya, menghargai orang lain di sekitarnya dan dapat menjadi
manusia yang beradab. Dimana manusia yang beradab itu mampu mengontrol
perbuatan dan perkataannya. Selain itu, perubahan mindset juga perlu dilakukan
dimana semula masih berorientasi pada ketercapaian materi berubah menjadi
pengembangan bakat dan potensi anak serta penanaman nilai-nilai
karakter kepada diri anak. Mulai dari anak memasuki lingkungan sekolah,
penanaman nilai karakter sudah mulai dilakukan seperti dengan bersalaman dan
mengucapkan salam dan sampai ke proses pembelajaran serta semua aktivitas di
sekolah.
3.
Penerapan Pemikiran KHD
Beberapa
hal yang bisa diterapkan di sekolah dan di kelas adalah:
a. Membudayakan Budaya 5S (Senyum,
salam, sapa, sopan dan santun).
Budaya 5S
ini merupakan sebuah kegiatan yang sederhana namun memiliki peranan dalam
pembentukan karakter peserta didik.
1) Senyum
Pendidik dan
peserta didik hendaknya mampu menunjukkan raut muka dan bibir yang nyaman untuk
dilihat oleh siapapun yang ditemuinya.
2) Salam
Pendidik dan
peserta didik hendaknya mampu mengucapkan salam serta berjabat tangan dengan
orang yang ditemuinya.
3) Sapa
Pendidik dan
peserta didik hendaknya mampu melakukan tegur sapa yang ramah dan hangat dengan
orang yang ditemuinya baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
4) Sopan
Pendidik dan
peserta didik hendaknya mampu menunjukkan prilaku sopan baik ketika
duduk, berbicara, berjalan, berpakaian serta berinteraksi dengan orang lain.
5) Santun
Pendidik dan
peserta didik hendaknya mampu menunjukkan sikap yang menghargai orang
lain.
b. Pendidikan Karakter berdasarkan
Kearifan Lokal
Konteks sosio-budaya sekolah saya yaitu berada dalam lingkungan adat budaya Minangkabau. Mayoritas masyarakat di lingkungan saya dan juga siswa adalah suku Minang. Oleh karena itu, salah satu penerapan pemikiran KHD yang disesuaikan dengan konteks sosio-budaya lingkungan adalah menerapkan ajaran budi pekerti Minangkabau "Sumbang Duo Baleh" di dalam lingkungan sekolah dan kelas.
1) Membudayakan cara duduk yang baik dan
sopan. (Sumbang Duduak)
2) Membudayakan cara bergaul yang baik
antara siswa yang laki-laki dan perempuan (Sumbang Tagak, Sumbang Caliak,
Sumbang Bagaua).
3) Membudayakan cara berjalan yang sopan
(Sumbang Bajalan).
4) Membudayakan berkata lemah lembut dan
sopan santun (Sumbang Bakato).
5) Membudayakan adab makan (Sumbang
Makan).
6) Membudayakan cara berpakaian yang
sesuai dengan ajaran agama dan adat (Sumbang Bapakaian).
7) Membudayakan cara bertanya dan
menjawab yang baik dan sopan (Sumbang Tanyo dan Sumbang Jawek)
8) Membudayakan prilaku hidup bersih dan
sehat (Sumbang Karajo dan Sumbang Kurenah).
Dengan memahami dan menerapkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalam proses pendidikan di sekolah hendaknya tercipta pendidikan yang menghasilkan manusia yang cerdas dan berakhlak mulia.