Jumat, 09 September 2022

Kesimpulan dan Refleksi terhadap Pemikiran-Pemikiran Ki Hadjar Dewantara



KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

PROGRAM GURU PENGGERAK ANGKATAN 6

 

1. Sebelum Mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara

       Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa. Sejak zaman bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Kolonial Belanda, para pejuang telah menyadari pentingnya pendidikan sebagai faktor yang vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan lepas dari belenggu penjajahan. Sebelum mengikuti program pendidikan calon guru penggerak ini dan mempelajari modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya mengira pendidikan di zaman kolonial lebih baik karena terdapat dasar-dasar pendidikan Barat yang diterapkankan di dalamnya. Namun ternyata, dalam proses pendidikan di zaman kolonial, pendidikan hanya diperuntukkan bagi kalangan-kalangan tertentu saja seperti calon pegawai dan pembantu kolonial yang bertujuan untuk memajukan usaha dagang kolonial tersebut. Adapun kemampuan yang diajarkan hanya membaca, menulis dan berhitung saja. Sangat jauh dari konsep pendidikan yang sebenarnya yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara.


    Dengan mempelajari modul 1.1 tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara ini, saya menyadari bahwa dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran, saya masih belum sempurna. Selama ini saya banyak menuntut terhadap siswa. Seperti ketercapaian penyampaian materi, hasil ujian yang bagus, serta meletakkan harapan-harapan saya di atas pundak mereka. Padahal sejatinya saya sebagai guru harusnya hanya menuntun agar anak didik saya dapat berkembang sesuai dengan kodratnya. Selain itu, dalam hal memberikan kemerdekaan kepada siswa, di dalam beberapa waktu saya masih mengekang siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran, menegurnya saat ia mengobrol dengan temannya atau bermain saat pembelajaran dilaksanakan. Padahal anak memiliki kodrat alam, dimana ia suka bermain. Hal ini yang perlu saya pahami dan perbaiki lagi sehingga bisa menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa saya.

 

2. Perubahan Pemikiran dan Prilaku Setelah Mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh Pendidikan Indonesia yang konsep pendidikannya masih dipakai dan dijadikan pedoman dalam dunia Pendidikan Indonesia sampai saat ini. Pendidikan dan pengajaran merupakan dua hal yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan dalam praktiknya di dunia Pendidikan. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sebuah proses menuntun dan mengembangkan kodrat yang dimiliki oleh anak agar anak mampu mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran adalah usaha untuk membebaskan anak dari ketidaktahuan dengan memberikan ilmu pengetahuan agar ia memiliki kecakapan yang diperlukan dalam kehidupannya.

Dua konsep ini tidak bisa dipisahkan, keduanya dipahami dan diterapkan di dalam mendidik siswa-siswa kita di sekolah. Dalam konsep Pendidikan, Ki Hajar Dewantara menekankan kepada kodrat yang dimiliki oleh anak, dimana anak memiliki kodrat alam dan kodrat zaman. Kedua kodrat yang dimiliki anak ini perlu dituntun dan dikembangkan. Guru disini berperan untuk menuntun kodrat ini agar tumbuh dan berkembang positif dan terhindar dari hal-hal yang membahayakan.

Perihal kodrat alam anak, kita tidak bisa menghilangkannya karena itu berkaitan dengan karakter dan sifat-sifat anak itu sendiri. Kita sebagai pendidik berperan dalam membimbingnya agar sifat dan karakter yang positiflah yang berkembang. Selanjutnya kodrat zaman, anak lahir, tumbuh dan berkembang pada zamannya. Kita sebagai guru tidak bisa memaksakan cara-cara lama yang pernah ada di masa kita dahulu. Guru perlu menyesuaikan materi dan kecakapan hidup yang perlu diberikan dan ditanamkan kepada anak agar dapat digunakannya di zaman ia berada sekarang. Dengan memiliki kecakapan hidup yng sesuai zaman, maka anak akan lebih mudah dalam menyesuaikan diri, bersosialisasi, dan mengembangkan potensi dirinya.

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka pandangan dan pemikiran saya berubah. Saya berusaha untuk menuntun siswa saya untuk tumbuh dan berkembang menurut kodratnya sendiri. Saya perlu menanamkan konsep bahwa saya adalah seorang petani yang sedang memelihara tanamannya. Jika saya sedang menanam padi maka saya hanya dapat menuntun tumbuhnya padi dengan cara memperhatikan kondisi tanah, memberi pupuk dan air yang cukup dan membasmi hama pengganggu, agar tanaman padi saya dapat tumbuh sebagai padi yang subur. Dengan tuntunan ini, saya sebagai pendidik juga menanamkan budi pekerti kepada anak sehingga anak mampu menguasai diri dan menghargai orang lain. Jadi anak tidak hanya menjadi orang orang yang cerdas dan berpikiran luas tapi juga menjadi manusia yang beradab kelak.

Sejalan dengan pemikiran ki Hajar Dewantara, dimana didalam Pendidikan segala upaya dikerahkan untuk memberikan kemerdekaan lahir dan batin kepada anak. Pada saat ini di sekolah saya sudah menerapkan kurikulum merdeka, sehingga pendidik perlu menerapkan konsep merdeka belajar di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pendidik berperan dalam menuntun perkembangannya agar yang berkembang adalah nilai-nilai yang positif dan bermanfaat bagi diri siswa. Di dalam proses Pendidikan itu terdapat pengajaran dengan pemberian materi untuk pengetahuan siswa, namun tidak hanya itu, siswa perlu dibekali dengan budi pekerti. Dengan budi pekerti, anak akan dapat menguasai dirinya, menghargai orang lain di sekitarnya dan dapat menjadi manusia yang beradab. Dimana manusia yang beradab itu mampu mengontrol perbuatan dan perkataannya. Selain itu, perubahan mindset juga perlu dilakukan dimana semula masih berorientasi pada ketercapaian materi berubah menjadi pengembangan bakat dan potensi anak serta  penanaman nilai-nilai karakter kepada diri anak. Mulai dari anak memasuki lingkungan sekolah, penanaman nilai karakter sudah mulai dilakukan seperti dengan bersalaman dan mengucapkan salam dan sampai ke proses pembelajaran serta semua aktivitas di sekolah.

 

 3. Penerapan Pemikiran KHD

Beberapa hal yang bisa diterapkan di sekolah dan di kelas adalah:

a.      Membudayakan Budaya 5S (Senyum, salam, sapa, sopan dan santun).

Budaya 5S ini merupakan sebuah kegiatan yang sederhana namun memiliki peranan dalam pembentukan karakter peserta didik.

1)    Senyum 

Pendidik dan peserta didik hendaknya mampu menunjukkan raut muka dan bibir yang nyaman untuk dilihat oleh siapapun yang ditemuinya.

2)    Salam

Pendidik dan peserta didik hendaknya mampu mengucapkan salam serta berjabat tangan dengan orang yang ditemuinya.

3)    Sapa

Pendidik dan peserta didik hendaknya mampu melakukan tegur sapa yang ramah dan hangat dengan orang yang ditemuinya baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

4)    Sopan

Pendidik dan peserta didik hendaknya mampu  menunjukkan prilaku sopan baik ketika duduk, berbicara, berjalan, berpakaian serta berinteraksi dengan orang lain.

5)    Santun

Pendidik dan peserta didik hendaknya mampu  menunjukkan sikap yang menghargai orang lain. 

b.     Pendidikan Karakter berdasarkan Kearifan Lokal

Konteks sosio-budaya sekolah saya yaitu berada dalam lingkungan adat budaya Minangkabau. Mayoritas masyarakat di lingkungan saya dan juga siswa adalah suku Minang. Oleh karena itu, salah satu penerapan pemikiran KHD yang disesuaikan dengan konteks sosio-budaya lingkungan adalah menerapkan ajaran budi pekerti Minangkabau "Sumbang Duo Baleh" di dalam lingkungan sekolah dan kelas. 


Sumbang duo baleh adalah suatu peraturan dalam adat Minangkabau yang berisi tentang prilaku atau nilai sopan santun seseorang agar tidak menyimpang dari kodratnya. Sumbang adalah sikap atau prilaku yang tidak sesuai dengan etika adat. Beberapa kegiatan pembudayaan yang sesuai dengan “Sumbang Duo Baleh” di dalam lingkungan sekolah dan kelas adalah sebagai berikut:

1)    Membudayakan cara duduk yang baik dan sopan. (Sumbang Duduak)

2) Membudayakan cara bergaul yang baik antara siswa yang laki-laki dan perempuan (Sumbang Tagak, Sumbang Caliak, Sumbang Bagaua).

3)    Membudayakan cara berjalan yang sopan (Sumbang Bajalan).

4)    Membudayakan berkata lemah lembut dan sopan santun (Sumbang Bakato).

5)    Membudayakan adab makan (Sumbang Makan).

6)    Membudayakan cara berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama dan adat (Sumbang Bapakaian).

7)    Membudayakan cara bertanya dan menjawab yang baik dan sopan (Sumbang Tanyo dan Sumbang Jawek)

8) Membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat (Sumbang Karajo dan Sumbang Kurenah).

 Dengan memahami dan menerapkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalam proses pendidikan di sekolah hendaknya tercipta pendidikan yang menghasilkan manusia yang cerdas dan berakhlak mulia.

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar